belajaraktif.com- Berbicara tentang perempuan pada masa jahiliyah dahulu perempuan merupakan sosok yang dihinakan keberadaannya karena mereka beranggapan perempuan dianggap tidak menguntungkan bagi kehidupan saat itu bahkan mereka merasa dirinya hina ketika mereka memiliki anak perempuan, namun pandangan itu semuanya berubah ketika Nabi Muhammad SAW membawa agama Islam semenjak saat itu perempuan mulai menampakkan jati dirinya tidak lagi menjadi perempuan yang hina, bahkan Allah SWT mengabadikan dalam Al-Qur’an dengan sebuah nama surat yakni An-Nisa.
Perempuan mulai dilirik keberadaannya ketika Khadijah yang merupakan istri Rasulullah SAW membantu pergerakan dakwah dalam menegakkan ajaran agama islam. Khadijah rela menyumbangkan seluruh hartanya untuk dakwah rasulullah SAW dari sinilah peran perempuan dalam berdakwah dimulai. Tidak hanya Khadijah yang membantu perjuangan dakwah Rasulullah istri-istri baginda yang lainnya seperti Saidah, Aisyah yang mereka juga tercatat sebagai perempuan-perempuan yang tangguh dalam membantu jalannya dakwah Rasulullah. Jika melihat fakta-fakta pada masa dahulu maka sudah seharusnya perempuan masa sekarang ini juga harus mampu memberikan kontribusi dalam membantu
Agama Allah yang mulia ini.
Perempuan yang notabenenya fokus nya kepada pekerjaan rumah tangga namun bukan berarti perempuan tidak mampu berkontribusi dalam berdakwah justru mereka memiliki peluang yang sangat besar contohn sederhananya mereka mendidik anak-anak mereka untuk taat kepada Allah selain itu di era teknologi ini perempuan juga punya kesempatan untuk berdakwah apapun menunya dapat disampaikan dengan menggunakanteknologi yang sudah ada dan berkembang saat ini contohnya mereka dapat memanfaatkan media sosial Faceebook, Twitter, Instagram dan yang lainnya untuk keperluan dakwah.

Pandangan Islam Tentang Perempuan
Pada era ini menuntut perubahan bagi setiap orang yang hidup di zaman ini tanpa terkecuali pada masyarakat muslim sudah seharusnya juga mengikuti perkembangan zaman jika tidak ingin tertinggal oleh peradaban, perkembangan ilmu dan teknologi tidak dapat dibendung semenjak adanya arus globalisasi tanpa ada batasan ruanga dan waktu. Masyarakat muslim tidak lagi terpana dengan wacana modernitas tetapi mereka lebih berfikir bagaimana cara mengisi kemajuan zaman yang tidak terbendung ini pada perubahan yang konstruktif sesuai dengan identitas dirinya, bangsa dan kebutuhannya1
Sudah seharusnya yang demikian adanya disosialisasikan kepada generasi muda agar mereka tidak menjadi korban modernitas melainkan mampu memanfaatkan modernitas ini menjadi peribadi yang lebih baik yang mampu menyaring setiap informasi yang mereka dapat dan mampu mengambil sisi positif dari setiap informasi yang mereka terima.
Kaitannya dengan peran perempuan dakwah, perempuan zaman sekarang atau dikenal dengan istilah zaman now harus melek dan mampu menguasai teknologi dengan begitu keberadaan perempuan tidak hanya dipadang sebagai kelompok ranah domestik yakni makhluk yang lemah yang selalu butuh perlindungan laki-laki.2 Melainkan perempuan harus mampu menunjukkan eksistensinya terutama pada dunia dakwah dengan mengemas menu yang berbeda untuk disampaikan di khalayak ramai.
Dakwah tidak hanya sebatas tabligh,masalah ibadah atau diatas mimbar ini makna dakwah yang sempit dakwah itu dapat membahas masalah sosial atau Ijtima’iyah yang kajiannya lebih luas dikemas dengan cara yang sederhana.3 Saat ini dakwah banyak mengalami perubahan dan juga terus berinovasi baik dari segi metodenya, medianya dan materinya seiring perkembangan zaman dan sesuai dengan kebutuhan zaman disesuaikan juga dengan audiennya.
Jika dilihat dari perkembangan sekarang ini perempuan juga memiliki hak yang sama dengan laki-laki dalam dunia dakwah yang membedakan terletak pada kadarnya. Jika kita lihat sejarah dahulu mengenai para perempuan yang protes kepada Rasulullah mereka menuntut hak yang sama dengan laki-laki yang berhubungan dengan derajat kemuliaan pada saat itu para perempuan mengajukan pertanyaan kepada rasulullah kenapa hanya laki-laki saja yang disebutsebut dalam Al-Qur’an dalam segala hal. Lalu Allah menurunkan ayat yangmenunjukkanbahwa laki-laki dan wanita sesungguhnya memiliki peluang yang sama untuk menadi makhluk yang mulia disis Allah. Sesuai dengan Al-Qur’an Surah An-Nisaa ayat 32 yang terjemahannya “ dan bagi orang laki-laki ada bagian dari apa yang mereka usahakan danbagi para perempuanpun ada bagian dari apa yang mereka usahakan”.4

Peran Wanita Dalam Rumah Tangga
Wanita merupakan makhluk yang memiliki pengaruh sangat kuat lembut namun tegas kepada keluarganya secara keseluruhan.5 Informasi ini disampaikan dengan maksud jiwa feminisme pada perempuan tidak menghalangi mereka dalam berdakwah sementara itu Islam juga menginginkan agar perempuan ikut aktif dalam kegiatan sosial keagamaan untuk membangun jati diri mereka dan menularkanya kepada keluarga sehingga akan terwujud keluarga yang beriman an berkakhlak mulia.6 Dalam rumah tangga perempuan memiliki peran yang sangat kompleks dia menjadi obat di kala duka, sebagai keuatan bagi anak-anak mereka untuk mendapatkan kasih sayang dan mereka juga berperan sebagai manajer keungan yang bertugas mengelola kebutuhan-kebutuhan dalam rumah tangga. Pada sisi lain perempuan adalah makhluk yang memiliki kekuatan bagi masyarakat ssuai dengan firman Allah dan AlQur’an Surah At-Taubah ayat 71
“Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebahagian mereka menjadi penolong bagi sebahagian yang lain. mereka menyuruh (mengerjakan) yang ma’ruf, mencegah dari yang munkar, mendirikan shalat, menunaikan zakat dan mereka taatpada Allah dan Rasul-Nya. mereka itu akan diberi rahmat oleh Allah; Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana”
Tugas dan peran perempuan dalam keluarga secara umum dapat dibagi menjadi peran sebagai seorang ibu, istri dan anggota masyarakat. Sebagai seorang wanita harus memahami peran yang diembannya sebagai kodrat seorang wanita aapun peran wanita sebagai seorang ibu berarti ia harus menjadi seorang pendidik yang hebat bagi anak-anaknya, harus mengetahui ukuran yang tepat dalam memenuhi kebutuhan anak-anaknya disesuaikan dengan tahap kebutuhan dan perkembangannya, segala ucapan dan perbuatannya harus menjadicontoh untuk anak-anaknya. Sebagai seorang istri ia harus mampu menjadi tempat yang ternyaman untuk berteduh suaminya,menjadi pemikat dan pendorong bagi suaminya untuk melakukan hal positif dan peran sebagai anggota masyarakat diharapkan mampu menjadi bagian dari masyarakat yang berguna dan memberi manfaat bagi lingkungan masyarakatnya.
Keluarga merupakan sebuah perkumpulan kecil dilingkungan sosial, ibu memilikiperan yang sangat besar untuk kelaurganya berikut dijelaskan peran perempuan dalam rumah tangga yaitu:7

  • Ibu sebagai sumber kebutuhan anak, sebagai seorang memang menjadi sumber pemenuhan kebutuhan bagi anak-anaknya, disinilah peran ibu mau menjadikan anaknya seperti apa nantinya akan kah ia menjadi seorang yang muslim sejati ataukan amalah sebaliknya karena sejatinya anak yang baru lahir itu seperti kertas putih yang kosong ibu dan bapaknya lah yang akan mengorek-ngorek kertas itu akan menadi berwarna atau sebaaliknya. Sesuai dengan hadis Rasulullah SAW yang artinya : “Sertiap anak yang lahir dalam keadaan fitrah ibu bapaknyalah yang menjadikan Yahudi atau Majusi” (H.R Bukhari dan Muslim)
  • Ibu sebagai model bagi anaknya, seorang ibu harus mampu menjadi model untuk anaknya apapun yang dilakukan oleh seorang ibu akan dititu oleh anaknya sudah selayaknya ibu harus memberikan contoh yang baik untuk anak-anaknya dalam berucap dan bertindak. Jadi untuk melakukan peran sebagai model ibu harus sudah memiliki nilai yang baik yeng tercermin dari perilakunya.
  • Ibu sebgai pemberi stimulus, Saat melahirkan, pertumbuhan berbagai organ belum seutuhnya lengkap. Perkembangan organ-organ ini sangat ditentukan oleh rangsangan yang diterima anak dari ibu yang mengandungnya. Rangsangan seorang ibu, akan memperkaya pengalaman dan pengaruh yang besar bagi perkembangan pola kognitif anak. Stimulasi verbal dan non verbal dari ibu akan sangat memperkaya kemampuan bahasa anak. Kesediaan ibu untuk berkomunikasi dengan anaknya akan mengembangkan proses perkembangan bicara anak. Jadi perkembangan mental anak akan sangat ditentukan oleh seberapa rangsang dari seorang ibu terhadap terhadap anaknya. Rangsangan bisa mermacam-macam, seperti cerita-cerita, macam-macam alat permainan yang mengandung edukatif maupun kesempatan untuk rekreasi yang dapat memperkaya pengalamannya. Dari apa yang diuraikan di atas jelaslah bahwa kunci keberhasilan seorang anak dikehidupannya sangat bergantung pada seorang ibu.

Peran perempuan dalam dakwah
Perempuan dan laki-laki mempunyai peran yang sama dalam bidang dakwah yakni amar ma’ruf nahi mungkar disesuaikan dengan kadar kemampuannya. Perempuan dapat berdakwah dimana saja di rumah, dipasar, dijalan dan ditempat yang lainnya atau dapat juga di media sosial tentunya dengan cara memberikan nasehat yang baik, menjaga pakainnya menutup auratnya yang semua ini merupakan jalan dakwah bagi kaum perempuan, dan jika diperlukan merek juga dizinkan oleh islam untuk melakukan perjalanan dakwah sesuai dengan Al-Qur’an surat At-Taubah ayat 71:
“Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebahagian mereka (adalah) menjadi penolong bagi sebahagian yang lain. mereka menyuruh (mengerjakan) yang ma’ruf, mencegah dari yang munkar, mendirikan shalat, menunaikan zakat dan mereka taat pada Allah dan Rasul-Nya. mereka itu akan diberi rahmat oleh Allah; Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.

Seorang perempuan dalam pandangan islam memiliki peran yang besar dalam berdakwah terutama pada keluarganya. Seorang perempuan diharuskan mendidik anak- anaknya agar kelak menjadi generasi yang beriman dan berakhlak mulia menjadi panutan bagi setiap orang. Keistimeawaan seorang perempuan dilihat dari fungsinya seorang yang mengandung, melahirkan dan menyusui itu semua peran yang sangat mulia yang bernilai surga bagi yang mampu melewatinya selainitu peran perempuan dalam rumah tangga ia menjadi pendidik untuk anaknya, menjadi penyempurna iman bagi suaminya, dan menjadi peneduh dkala duka dari peran tersebut akan lahirlah seorang generasi berakhlak mulia dan beriman.
Seorang ibu memiliki pengaruh yang besar kepada anaknya, ia bisa menjadikan anaknya yang berahlak mulia namun ia juga bisa menjadikan anaknya yang berakhlak tercela semua tergantung kepada peram perempuan sebagai ibu rumah tangga.


  1. Enung Asmaya, Modernitas dan Tantangan terhadap Pelaksanaan Dakwah, Jurnal Dakwah dan
    Komunikasi, Vol.3.No.1 Januari-Juni 2009, hlm. 46-62. ↩︎
  2. Susilawati Dwi dalam Siti Hariti Sastriyani, Women in Public Sector (Perempuan di Sektor Publik),
    (Yogyakarta :Tiara Wacana 2008), hlm.525 ↩︎
  3. Dwi Astuti, Strategi Dakwah dalam Pelestarian Lingkungan Hidup, Suhuf,Vol.XVIII,No.01/Mei
    2006 :49-62, hlm. 50 ↩︎
  4. Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an dan terjemahan, CV Toha Putra semarang, 1989, ↩︎
  5. Ramadhan Hafidh, The Colour of Women Menyikap Misteri Wanita,. Karan As’ad Irsyadi, Jakarta :
    Amzah, 2007, hlm.4 ↩︎
  6. Shalah Qazan, Membangun Gerakan Menuju Pembebasan Perempuan. Khazin Abu Faqih, Solo : Era
    Intermedia, 2001, hlm.59 ↩︎
  7. Sofia Retnowati Noor, Tinjauan Psikologis Peran Perempuan dalam Keluarga Islami,, artikel non
    publikasi; 2009, hlm. 2 ↩︎

Daftar Pustaka

  • Adi Junjunan Mustafa,1427, Muslimah: Keseimbangan Peran Rumah Tangga dan Peran Sosial : Publikasi Medio-Ramadhan).
  • Aris Saefullah, 2009, Dakwahtaimnet : Komodifikasi Media di Balik Ayat Tuhan. Jurnal Dakwah dan Komunikasi, Vol.3, No.2 Juli-Desember, hlm, 255-269
  • Dwi Astuti. Strategi Dakwah dalam Pelestarian Lingkungan Hidup. Suhuf, Vol.XVIII, No.01/Mei 2006, hlm, 49-62
  • Harun Nasution,1996, Islam Rasional. Gagasan dan Pemikiran, Cet. IV; Bandung : Mizan
  • Hasanuddin, Kristopel dkk, 2011, Anxieties / Desires go Insights of Marketing to Youth, Momen, Netizen, Jakarta : Gramedia Pustaka Utama
  • Ramadhan Hafidh, 2007, The Colour of Women Menyikap Misteri Wanita,trj. Karan As’ad Irsyadi, Jakarta : Amzah
  • Shalah Qazan,2001, Membangun Gerakan Menuju Pembebasan Perempuan,tjh. Khazin Abu Faqih, Solo : Era Intermedia
  • Siti Ruhaini Dzuhayatin dkk. 2002. Rekonstruksi Metodologis; Wacana Kesetaraan Gender dalam Islam . Pustaka Pelajar: Cet.I: Yogyakarta.
  • Sofia Retnowati Noor. 2009. Tinjauan Psikologis Peran Perempuan dalam Keluarga Islami, (artikel non publikasi).
  • Susilawati Dwi dalam Siti Hariti Sastriyani. 2008. Women in Public Sector (Perempuan di Sektor Publik), Tiara Wacana: Yogyakarta

By Syamsul Rizal

Dosen Tetap IAI Diniyyah Pekanbaru

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *