Ustadz Rahmat Fauzi Lubis, M.Pd.I. adalah seorang Dosen Tetap IAI Diniyyah Pekanbaru, selain Dosen Juga Sebagai Penceramah Aktif diberbagai tempat di Indonesia dan Riau Khususnya

Belajaraktif.com- (Rahmad Fauzi Lubis) –Orang yang bersikap terus terang menyatakan apa yang terasa di hatinya, tidak tersangkut-sangkut, tidak bermain “di balik layar” dan tidak “lain di mulut lain di hati” akan cepat diketahui bagaimana dan siapa dia. Dia mengatakan apa yang dirasakan dan dapat dikerjakan. Dia mengerjakan apa yang dikatakan dan muncul dari perasaannya. Apa yang diucapkan adalah apa yang diyakininya dan apa yang diyakininya, berani dia diucapkan.

Dia tidak merasa perlu berdusta karena dusta menyusahkan dirinya untuk menyatakan siapa dia. Sebab dia mengetahui bahwa suatu dusta akan dijalankan terus. Dusta tidak akan mau satu kali. Dusta satu kali akan diikuti dengan dusta lain dan diulangi sekali lagi, dan seratus kali lagi setiap saat orang bertanya.
Setiap berdusta, dia merasa bahwa dia berkhianat kepada dirinya. Suatu dusta seringkali harus dipertahankan dan dipagari dengan dusta yang lain. Seorang pendusta hendaklah kuat ingatan! Padahal, itulah yang jarang kita temukan sehingga satu dusta dapat berubah berkali-kali.

Zaglul Pasya mengatakan, “Aku telah berjanji dengan Tuhan sejak kecil supaya aku menyatakan dengan terus terang apa yang terasa dalam hatiku. Itulah satu kesenangan bagiku.”

Perkataan yang dinyatakan dengan ragu sehingga maksudnya tidak dapat dipegang orang, sangatlah merusak diri pribadi.

Kata-kata yang tepat, yang keluar dari pikiran yang teratur dan tidak banyak omong kosong, itulah yang disukai orang. Berputar-putar, melentur ke sana ke mari, dan lambat sampai kepada yang dituju, sangatlah membosan- kan. Dalam majelis perserikatan atau parlemen dan Dewan Perwakilan Rakyat, kita dapat melihat mana orang yang berpikir teratur serta sanggup menyatakan diri dan mana orang yang hanya mengumbar bicara saja. Orang yang tepat, cepat, dan berisi perkataannya akan mendapat peng- hargaan istimewa dalam pergaulannya. Kaum perempuan lebih suka kepada orang yang cepat dan tepat. Perempuan tidak suka kepada laki-laki yang mengambil tabiatnya, yaitu keperempuan-keperempuanan. Dia “gema” melihat laki- laki seperti itu.

Ketentuan siapa diri adalah tanda dari keberesan berpikir. Jika pikiran mandul, dengan sendirinya perkataan pun tidak teratur. Tidak tentu ujung pangkal dan bahasanya pun banyak salah atau timbangan berat sebelah.


Artikel ini ditulis Oleh: Ustadz Rahmad Fauzi Lubis, M.Pd.I.

By Syamsul Rizal

Dosen Tetap IAI Diniyyah Pekanbaru

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *