Pengertian Kepemimpinan dalam Perspektif Islam
Belajaraktif.com – Agama islam merupakan agama yang memiliki nilai-nilai ajaran yang mencakup segala aspek dalam kehidupan manusia. Nilai-nilai ajaran tersebut terhimpun secara universal dan komprehensif. Baik dalam hal sosial, ekonomi, politik, hukum, kebudayaan.1 Dan bahkan persoalan tentang kenegaraan dan kepemimpinan.
Seperti disebutkan di atas, bahwa agama islam memuat ajaran yang sangat komprehensif, termasuk dalam hal kepemimpinan. Kepemimpinan merupakan salah satu isu yang cukup sering diperdebatkan di masa dewasa saat ini. Dan agama islam melalui Al-Qur’an telah sejak lama membahas bagaimana kepemimpinan yang paling ideal itu.
Konsep dan dasar-dasar kepemimpinan dalam islam diilhami dari Al-Qur’an dan hadits. Dan substansi dari konsep kepemimpinan tersebut kemudian diperaktekkan oleh Rasulullah ﷺ semasa beliau masih hidup. Untuk pertama kalinya kepemimpinan politik tersebut dipraktekkan oleh Nabi, pada saat beliau di kota Madinah (Yastrib), dan di sana Nabi resmi menjadi pemimpin di kota tersebut.2 Dan itu berlangsung sampai beliau meninggal dunia. Setelah Rasulullah ﷺ wapat, estapet kepemimpinan politik dan pemerintahan yang beliau pegang kemudian dilanjutkan oleh para sahabatnya.
Kendatipun dasar-dasar dan pondasi kepemimpinan tersebut telah dijelaskan di dalam Al-Qur’an dan telah dicontohkan oleh Nabi Muhammad ﷺ, namun saat ini tidak sedikit jumlah pemimpin yang mengangkangi dan membelakangi ajaranajaran kepemimpinan yang ada di dalam ajaran islam. Sehingga lahirlah para pemimpin yang korup dan tidak bermoral. Dan dunia politik dewasa ini pun tak bisa lagi dihindari dari intrik kebohongan dan tipu muslihat, dan peraktek semacam itu benar-benar bertentangan dari nilai-nilai ajaran islam yang suci itu.
Berangkat dari uraian di atas, maka artikel ini akan fokus membahasa beberapa hal yang berkaitan dengan kepemimpinan di dalam khazanah islam. Pembahasan di artikel ini akan difokuskan pada beberapa pembahasan, di antaranya: Kepemimpinan dalam islam. Kriteria pemimpin dalam islam. Dan prinsip-prinsip kepemimpinan dalam islam.
Dalam bahasa Inggris kepemimpinan disebut dengan istilah Leadership, sedangkan dalam bahasa arab disebut dengan Imamah. Sementara dalam terminologi yang dikampanyekan oleh Marifield dan Hamzah sebagaimana dikutip dari Zakub menyebutkan, kepemimpinan itu menyangkut dengan menstimulasi dan memobilisasi dengan motif-motif tersendiri.3
Kepemimpinan merupakan unsur yang sangat penting di dalam kehidupan manusia, apalagi jika dikaitkan dengan sebuah komunitas atau negara. Dalam sebuah negara, mustahil bisa berjalan normal dan kondusif tanpa adanya pemimpin. Dalam konteks kepemimpinan semacam ini, pemimpin akan dijadikan sebagai rujukan dan ikutan. Sebab pemimpin punya kebijakan dan titah yang sarat dengan visi dan misi serta tujuan, dan idealnya tujuannya selaras dengan prinsipprinsip kebaikan.4
Jika prihal kepemimpinan ini dicermati dengan pendekatan Al-Qur’an. Maka dapat dijumpai, bahwa di dalam Al-Qur’an acap sekali di dapati ayat-ayat yang membicarakan tentang kepemimpinan. Istilah kepemimpinan di dalam Al-Qur’an sendiri dapat ditemukan dengan beberapa istilah, di antaranya adalah: Ulil amri, khilafah dan Imam. Adapun ayat yang membicarakan tentang ketiga istilah tersebut dapat dijumpai pada Firman Allah ﷻ seperti diuraikan di bawah ini:
Ulil amri
Artinya: Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu. kemudian jika kamu berlainan Pendapat tentang sesuatu, Maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Quran) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya. (Q.S. An Nisa: 59)
Artinya : dan apabila datang kepada mereka suatu berita tentang keamanan ataupun ketakutan, mereka lalu menyiarkannya. dan kalau mereka menyerahkannya kepada Rasul dan ulil Amri5 di antara mereka, tentulah orang-orang yang ingin mengetahui kebenarannya (akan dapat) mengetahuinya dari mereka (Rasul dan ulil Amri)6. kalau tidaklah karena karunia dan rahmat Allah kepada kamu, tentulah kamu mengikut syaitan, kecuali sebahagian kecil saja (di antaramu). ((Q.S. An Nisa’ : 83)
Ayat di atas dapat diketahui dengan sangat jelas, bahwa makna dari ulil amri tersebut adalah menunjukkan pada makna kekuasaan ataupun kepemimpinan. Karena ulil amri dalam ayat tersebut bermakna pada kekuasaan untuk mengurus segala perihal urusan-urusan yang umum (termasuk politik dan pemerintahan). Untuk itu, Allah ﷻ memerintahkan untuk mentaatinya, kendatipun demikian ada batasan dalam mentaati ulil amri tersebut. Dimana ketika terjadi perselisihan dan perdebatan maka hendaklah ummat islam kembali kepada Allah dan Rasulnya, yakni Al-Qur’an dan sunnah.
Khalifah
Artinya: ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada Para Malaikat: “Sesungguhnya aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi.” mereka berkata: “Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, Padahal Kami Senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?” Tuhan berfirman: “Sesungguhnya aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.” (Q.S. Al Baqarah : 30)
Artinya: dan Dia lah yang menjadikan kamu penguasa-penguasa di bumi dan Dia meninggikan sebahagian kamu atas sebahagian (yang lain) beberapa derajat, untuk mengujimu tentang apa yang diberikan-Nya kepadamu. Sesungguhnya Tuhanmu Amat cepat siksaan-Nya dan Sesungguhnya Dia Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (Q.S. Al An’am : 165)
Artinya: Dia-lah yang menjadikan kamu khalifah-khalifah di muka bumi. Barangsiapa yang kafir, Maka (akibat) kekafirannya menimpa dirinya sendiri. dan kekafiran orang-orang yang kafir itu tidak lain hanyalah akan menambah kemurkaan pada sisi Tuhannya dan kekafiran orang-orang yang kafir itu tidak lain hanyalah akan menambah kerugian mereka belaka. (Q.S. Al Fatir: 39)
Imam
Artinya: dan (ingatlah), ketika Ibrahim diuji7 Tuhannya dengan beberapa kalimat (perintah dan larangan), lalu Ibrahim menunaikannya. Allah berfirman: “Sesungguhnya aku akan menjadikanmu imam bagi seluruh manusia”. Ibrahim berkata: “(Dan saya mohon juga) dari keturunanku”8. Allah berfirman: “Janji-Ku (ini) tidak mengenai orang yang zalim”. (Q.S. Al Baqarah: 124)
Artinya: dan Kami hendak memberi karunia kepada orang-orang yang tertindas di bumi (Mesir) itu dan hendak menjadikan mereka pemimpin dan menjadikan mereka orang-orang yang mewarisi (bumi)9. (Q.S. Al Qashas: 5)
Artinya: Kami telah menjadikan mereka itu sebagai pemimpin-pemimpin yang memberi petunjuk dengan perintah Kami dan telah Kami wahyukan kepada, mereka mengerjakan kebajikan, mendirikan sembahyang, menunaikan zakat, dan hanya kepada kamilah mereka selalu menyembah. (Q.S. Al Ambiya’ : 73)
Ketiga istilah yakni, Ulil amri, khilafah dan Imam tersebut dapat dimaknai dengan pemimpin yang memiliki tugas, wewenang dan kekuasaan. Banyaknya istilah yang digunakan Al-Qur’an diberbagai surat dan ayat dengan menunjukkan pada makna pemimpin, mengartikan bahwa islam sangat memperhatikan dengan serius bagaimana idealnya seorang pemimpin. Bahkan dalam beberapa ayat yang diuraikan di atas Allah ﷻ secara jelas memerintahkan kepada manusia agar mentaati pemimpinnya. Dan pemimpin yang wajib ditaati itu adalah pemimpin yang adil lagi bijaksana, mengajarkan kepada hal-hal yang baik. Sebab pemimpin ideal di dalam islam adalah pemimpin yang baik, adil lagi bijaksana, dan bisa dijadikan sebagai ikutan untuk menggapai kebaikan dunia dan akhirta. Hal itu juga disebutkan di dalam Al-Qur’an surat Al-Anbiya ayat: 73.
Kami telah menjadikan mereka itu sebagai pemimpin-pemimpin yang memberi petunjuk dengan perintah Kami dan telah Kami wahyukan kepada, mereka mengerjakan kebajikan, mendirikan sembahyang, menunaikan zakat, dan hanya kepada kamilah mereka selalu menyembah.
Kriteria dan Prinsip Pemimpin Dalam Islam
Menurut kamus besar bahasa Indonesia, kriteria adalah ukuran yang menjadi dasar penilaian atau penetapan sesuatu. Kriteria juga dapat dimaknai sebagai sesuatu yang bisa dijadikan sebagai tolak ukur dalam mengukur sesuatu.10
Dalam pengertian tersebut. Maka kriteria dalam islam disini adalah, Islam sangat selektif dalam memilih pemimpin. Karna pemimpin itu memiliki hubungan yang sangat erat dengan nasib ummat manusia di bawah kekuasaan pemimpin.
Jika seorang pemimpin idealis, cakap dan memiliki kualitas keimanan yang baik. Maka besar kemungkinan akan memiliki kehati-hatian dan kebijaksanaan selama melaksanakan amanah kepemimpinannya, demikian pula sebaliknya.
Untuk itu tidak heran kenapa islam memiliki kriteria-kriteria yang khusus dalam menentukan seorang pemimpin. Dan ketentuan yang disebutkan di dalam islam adalah pedoman dan menjadi acuan kepada manusia dalam memilih dan menentukan pemimpin-pemimpin mereka. Artinya, keriteria pemimpin di dalam islam itu harus dijadikan sebagai pedoman dan referensi dalam memilih pemimpin. Secara umum, kriteria pemimpin yang baik di dalam islam, sama dengan manusia yang baik pada umumya.11 Namun untuk konteks pemimpin terdapat kriteria yang lebih khusus, dan kriteria itu cukup banyak, misalnya memiliki kelebihan dari manusia pada umumnya, karkteristik dan sifatnya mencerminkan kebaikan dirinya.12
Dan dalam islam, kriteria pemimpin itu lebih diperinci lagi, di antaranya dapat dilihat dari menurut Imam Al-Ghazali. Menurtnya, pemimpin ideal dalam islam itu harus memenuhi kriteria-kriteria tertentu, di antaranya adala: 1). Bertanggung jawab. 2). Mau menerima pesan dari kalangan ulama. 3). Berlaku baik kepada bawahannya. 4). Rendah hati dan memiliki kelembutan hati. 5). Tidak mementingkan dirinya sendiri. 6). Memiliki loyalitas yang tinggi. 7). Hidup dengan sederhana dan tidak berpoya-poya. 8). Mencintai rakyatnya. 9. Ikhlas dan tulus.13 Dalam prespektif pemikiran Al-Ghazali, kriteria itu merupakan kriteria yang idealnya harus dimiliki oleh setiap pemimpin.
Dalam konteks yang lebih terperinci lagi, terdapat satu syarat mutlak dan fundamental dalam menentukan pemimpin di dalam islam. Dan ini menjadi salah satu syarat yang tidak bisa ditawar-tawar sebab syarat ini merupakan rekomendasi langsung dari Allah ﷻ, yakni pemimpinnya harus beragama islam sebagaimana Firman Allah ﷻ di dalam surat Al-Maidah ayat 51.
Artinya: Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil orang-orang Yahudi dan Nasrani menjadi pemimpin-pemimpin(mu); sebahagian mereka adalah pemimpin bagi sebahagian yang lain. Barangsiapa diantara kamu mengambil mereka menjadi pemimpin, Maka Sesungguhnya orang itu Termasuk golongan mereka. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim.14
Ayat di atas menyebutkan bahwa hamba-hamba-Nya tidak diperkenankan untuk memilih pemimpin dari kalangan Yahui maupun Nasrani. Sebab golongan tersebut merupakan musuh islam, dan musuh-musuh islam itu tidak akan pernah merasa puas dan senang melihat islam.15 Itu artinya, keyakinan atau agama dari calon pemimpin tersebut merupakan bagian dari indikator atau kriteria yang musti dijadikan sebagai syarat mutlak di dalam agama islam. Sehingga orang yang berlainan akidah dengan Islam, tidak boleh dipilih sebagai pemimpin. Apalagi skalasi kepemimpinannya adalah adalah sebesar Negara.
Di dalam ayat yang lain juga disebutkan bagaiman kriteria pemimpin islam, yakni dengan mencontoh pada prilaku kepemimpinan Nabi Muhammad ﷺ. Dan kriteria kepemimpinan Nabi Muhammad ﷺ tersebut diabadikan oleh Allah ﷻ di dalam Al-Qur’an surat AtTaubah: 128.
Artinya: sungguh telah datang kepadamu seorang Rasul dari kaummu sendiri, berat terasa olehnya penderitaanmu, sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagimu, Amat belas kasihan lagi Penyayang terhadap orang-orang mukmin.
Ayat ini merupkan Pujian Allah ﷻ atas kepemimpinan Rasulullah ﷺ. Di dalam ayat ini Allah ﷻ menjelaskan 3 karakteristik yang melekat kepada kepemimpinan Rasulullah ﷺ. Di antaranya adalah: azizun alaihi ma anittum, yakni merasakan penderitaan rakyatnya. Kedua, harushun alaikum, yakni menginginkan keselamatan dan kesejahteraan kepada rakyatnya. Dan ketiga, ra’ufun rohimun, yakni memiliki sifat berkasih sayang yang sangat tinggi kepada orang-orang beriman dan sesamanya.16
Sementara jika kriteria pemimpin islam dilihat dalam prespektif kalangan ulama, terdapat perbedaan di antara mereka. Mislanya menurut Al-Mawardi, menurutnya ada 5 hal pokok yang menjadi kriteria utama pemimpin. 1). Mampu menghidupkan agama. 2). Memimpin dengan kewibawaan. 3). Mampu menegakkan keadilan dan keamanan. Sementara menurut Ibnu Kaldun. Kriteria pemimpin islam itu adalah 1). Memiliki karakter terpuji. 2). Dermawan. 3). Pemaaf. 4). Sabar. 5). Mengagungkan hukum agama. 6). Bersikap adil dan berprilaku sesuai aturan agama dan syari’at. 7). Menjauhi diri dari perbuatan tercela.17
Demikian semoga bermanfaat………..
- Sulthan Syahril et al., ‘Metode Studi Islam Komprehensif dan Implikasinya Terhadap Corak ↩︎
- Rifki Syahputra, Sugeng Widodo, and Surahman Surahman, ‘Kepemimpinan Rasulullah SAW, Para
Sahabat, dan Tabi’in-Tabi’un’, Jurnal Cakrawala Ilmiah, vol. 1, no. 5 (2022), Hal. 1155 ↩︎ - Muhamma F.Charis et al., ‘“Kategori Kepemimpinan dalam Islam” Jurnal Edukasi NonFormal’, jurnal Edukasi Nonformal, vol. 1, ↩︎
- Hafiz Sandeq Yusuf et al., ‘Kepemimpinan Dalam Perspektif Islam’, Religion : Jurnal Agama, Sosial, dan Budaya, vol. 1, no. 6 (2022), hal, 39-40 ↩︎
- Tokoh-tokoh sahabat dan Para cendekiawan di antara mereka. ↩︎
- Menurut mufassirin yang lain Maksudnya Ialah: kalau suatu berita tentang keamanan dan ketakutan itu disampaikan kepada Rasul dan ulil Amri, tentulah Rasul dan ulil amri yang ahli dapat menetapkan kesimpulan (istimbat) dari berita itu. ↩︎
- Ujian terhadap Nabi Ibrahim a.s. diantaranya: membangun Ka’bah, membersihkan ka’bah dari kemusyrikan, mengorbankan anaknya Ismail, menghadapi raja Namrudz dan lain-lain. ↩︎
- Allah telah mengabulkan doa Nabi Ibrahim a.s., karena banyak di antara Rasul-rasul itu adalah keturunan Nabi Ibrahim a.s. ↩︎
- Maksudnya: negeri Syam dan Mesir dan negeri-negeri sekitar keduanya yang pernah dikuasai Fir’aun dahulu. sesudah kerjaan Fir’aun runtuh, negeri-negeri ini diwarisi oleh Bani Israil. ↩︎
- Tim penyusun Kamus Besar Bahasa Indonesia. (Jakarta: Balai Pustaka, 1999). Hal. 601 ↩︎
- Anisatun Muthi’ah, ‘Pemimpin Ideal Dalam Perspektif Hadis’, Diya Al-Afkar: Jurnal Studi alQuran dan al-Hadis, vol. 5, no. 01 (2019), hal. 81 ↩︎
- Muhammad Yani, ‘Konsep Dasar Karakteristik Kepemimpinan Dalam Pendidikan Islam’, ALHIKMAH (Jurnal Pendidikan dan Pendidikan Agama Islam), vol. 3, no. 2 (2021), hal. 160 ↩︎
- Al-Ghazali. Al Tibr Al Masbuk fi Nasihati alMuluk. Dar al-Kutub Al-ulumiyah. 1988. Hal. 173 ↩︎
- Lihat di : https://tafsirweb.com/1935-surat-almaidah-ayat-51.html ↩︎
- Faris Nurhabib, Konsep Kepemimpinan Dalam Al-Qur’an (2022). Hal. 88 ↩︎
- Abdul Malik Ghozali and Subhan Abdullah Acim, ‘Kriteria pemimpin dalam perspektif hadits’,
Istinbáth Jurnal Hukum Islam, vol. 17, no. 1 (2018), hal. 118 ↩︎ - Zaedun Na’im, ‘Etika Kepemimpinan Dalam Perspektif Islam Dan Korelasinya Terhadap
Kinerja’, Evaluasi: Jurnal Manajemen Pendidikan Islam, vol. 6, no. 1 (2022), hal. 207 ↩︎
Dikutip dari Aritikel : Jurnal Cerdas Hukum karya Rasfiudin