أَلْحَمْدُ للهِ. اَلْحَمْدُ للهِ الَّذِيْ حَمْدًا يُوَافِيْ نِعَمَهُ وَيُكَافِئُ مَزِيْدَهُ، يَا رَبَّنَا لَكَ الْحَمْدُ كَمَا يَنْبَغِيْ لِجَلَالِ وَجْهِكَ وَلِعَظِيْمِ سُلْطَانِكَ، سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ لَا أُحْصِيْ ثَنَاءَكَ عَلَيْكَ أَنْتَ كَمَا أَثْنَيْتَ عَلَى نَفْسِكَ، وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ وَصَفِيُّهُ وَخَلِيْلُهُ، خَيْرُ نَبِيٍّ أَرْسَلَهُ اللهُ إِلَى الْعَالَمِ كُلِّهِ بَشِيْرًا وَنَذِيْرًا. اللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى أَلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ صَلَاةً وَسَلَامًا مُتَلَازِمَيْنِ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ أَمَّا بَعْدُ، فَيَاأَيُّهَا الْحَاضِرُوْنَ اِتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوْتُنَّ اِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ
Hadirin Jama’ah Rahimakumullah
Setinggi puji sedalam syukur kita persembahkan kehadirat Allah Subhaanawata’ala, karena Allah telah memberikan kita ni’mat yang tidak terhingga, sehingga kaki kita bisa melangkah, tangan bisa kita ayunkan menuju kerumah Allah dalam rangka mengerjakan shalat jum’at secara berjama’ah semoga Allah senantiasa menerima amal kita semua, Aamiin yaa Rabbal Aalamiin. Berselawat kepada Junjungan Alam Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi Wasallam dengan melafaskan Allaahumma Shalliala Saiyyidina Muhammad wa’ala Ali Saiyyidina Muhammad.
Definisi Iman
Imam Malik, Asy Syafi’i, Al Auza’i serta Ishaq Bin Rahawai memiliki pendapat mengenai pengertian iman. Iman adalah pembenaran yang dilakukan dengan hati, pengakuan secara lisan, serta diamalkan dengan anggota badan. Menurut para ulama tersebut, amal merupakan salah satu unsur keimanan.
Menurut Al-Jurjani (wafat pada 816 H) dalam At-Takrifat, secara bahasa, iman adalah membenarkan dengan hati. Sementara menurut syariat, iman adalah meyakini dengan hati dan mengikrarkan dengan lisan.
Definisi itu sejalan dengan yang dikemukakan Ibnu Hazm Al-Andalusi Al-Qurthubi (wafat pada 456 H) dalam Al-Fashlu fil Milal. Hanya saja, menurut Ibnu Hazm, keyakinan hati dan pengakuan lisan itu harus berlangsung secara bersamaan.
Hadirin Jamaah Rahimakumullah
Dalam buku berjudul Keterpaduan Iman dan Amal Saleh, Abdul Malik Karim Amrullah atau Buya Hamka menegaskan bahwa pertanda kosongnya jiwa serta binasa nya hati. Yaitu, ketika seorang Muslim sekadar mengaku beriman, tapi enggan mengerjakan amal saleh.
Padahal, iman dan amal saleh merupakan kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Karena, apabila salah satunya hilang, kesungguhan menjalankan Islam menjadi tidak sempurna. Iman tanpa amal itu hampa, sedangkan amal tanpa iman itu percuma.
Iman yang baik akan menimbulkan amal yang baik. Sedangkan, amal yang baik tidak akan ada kalau imannya tidak ada. Hal ini sesuai dengan hadis Nabi SAW: Allah tidak menerima iman tanpa amal perbuatan dan tidak pula menerima amal perbuatan tanpa iman. (HR ath- Thab rani)
Suatu amal yang timbul bukan dari iman pada hakikatnya adalah menipu diri sendiri. Mengerjakan kebaikan tidak dari hati adalah dusta. Jika manusia menegakkan kebaikan tidak dari iman, akan telantar di tengah jalan. Lantaran tidak ada semangat suci yang mendorongnya.
Semoga kita termasuk orang yang beriman dan bertakwa serta melakukan amal kebaikan semata mata hanya mencari ridha Allah SWT.
MAAAAAF, TEKS INI BELUM SELESAI…..